Sampurasun...
Jangan lagi salah arti dengan kata Passion...
Passion Bukan (Selalu) Soal Cinta
Bisa jadi ini kesalahan utama yang
dilakukan pria-pria seperti Adi. Kebanyakan dari kita menerjemahkan
passion sebagai hal yang kita senangi dan cintai. Ini adalah pengertian
yang keliru.
Cinta atau kesenangan bisa diartikan
sebagai sesuatu yang ingin kita lakukan dalam hidup. Coba lihat mereka
yang tergabung dalam komunitas indo runner misalnya. Mereka adalah para
pecinta olah raga lari. Tapi apa lantas mereka melakukan langkah yang
benar seandainya meninggalkan pekerjaan sehari-hari dan memilih menjadi
pelari profesional?
Kita bisa punya banyak ragam aktivitas
yang kita cintai. Ada yang senang mengkoleksi action figure, ada yang
senang renang, modifikasi mobil, bermusik, wisata kuliner, blogging dan
sebagainya. Namun hal itu bukanlah passion.
Kesenangan atau kecintaan bisa jadi
adalah sesuatu yang kita lakukan untuk membuat hidup kita lebih
bersemangat dan berwarna. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan untuk lari
dari kebosanan. Nah, jika begitu lantas apa yang disebut passion?
Passion Dan Masalah Pengakuan
Ini perbedaan utama passion dari sekedar
cinta biasa. Passion adalah masalah pengakuan. Kita sebagai individu
ingin diakui atau dikenal sebagai apa.
Pengakuan ini bukan berarti kita haus
menjadi terkenal dan berusaha sekuat tenaga menampilkan diri. Namun
pengakuan ini bersifat diri pribadi. Bagaimana kita mengartikan diri
kita sendiri.
Kembali ke topik Adi, apakah benar
passionnya adalah makanan? Apakah ketika ia bercermin di pagi hari, maka
ia melihat seseorang yang terkait dengan makanan?
Coba saja datangi tempat bermain futsal
yang bertebaran di kota-kota besar. Perhatikan bagaimana banyak yang
begitu serius bermain dan kadang tak kalah bagus dengan pemain
profesional di Indonesia. Tapi coba tanyakan, apakah mereka ingin
mendapat pengakuan sebagai pemain bola profesional?
Bisa jadi jawabannya tidak. Futsal
hanyalah sesuatu yang mereka senangi. Futsal menjadi semacam vitamin
dari kebosanan rutinitas hidup belaka.
Passion Itu Tak Sesempit Daun Kelor
Kesalahan paling utama yang sering
dilakukan adalah memandang arti passion dari kacamata yang sempit.
Pengakuan diri diartikan dengan sebuah kegiatan yang terlalu spesifik.
Buntutnya kita jadi tak punya ruang untuk berkembang.
Coba kita tengok, Casey Stoner seorang
juara dunia MotoGP. Ia merintis karirnya dari bawah hingga mencapai
level tertinggi balap motor MotoGP. Apa berarti passion pemuda asal
Australia ini adalah “menjadi seorang pembalap MotoGP”? Ternyata ia
berhenti di tahun 2012 ketika ia baru berusia 26 tahun. Kendati telah
berhenti ia beberapa kali aktif menjadi pembalap test ride tim honda. Ia
pun juga bercita-cita mendirikan sekolah balap.
Atau simak juga Legenda hidup MotoGP
Valentino Rossi. Ia sudah 7 kali juara dunia MotoGP. Apa berarti
passionnya sekedar “menjadi seorang pembalap MotoGP”? Meski masih aktif
sebagai pembalap, Rossi kini sudah punya sekolah balap sendiri. Ia juga
mendirikan tim balap miliknya sendiri dikelas lain. Rossi juga tercatat
sebagai salah satu pembalap rally mobil yang pernah memenangi beberapa
etape. Berulang kali ia pun menjajal mobil F1.
Kedua pembalap itu memberikan kita
gambaran bahwa passion tidak lah sesempit yang digambarkan. Alih-alih
mematok pengakuan diri sebagai “pembalap MotoGP”, dua orang ini ingin
diakui sebagai orang yang terkait dengan dunia balap apapun itu.
Hal yang sama juga dilakukan oleh mereka
dibidang yang lain. Contoh di bawah ini adalah gambaran bagaimana para
pemilik bisnis dunia meramu keberhasilannya. Mereka tidak terpatok pada
pengertian passion yang sempit.
Passion Dan Keseimbangan Hidup
Menggeluti passion tak berarti
mencurahkan 100 persen hidup untuk itu. Passion hanyalah bagian kecil
dari sendi kehidupan yang banyak. Dengan hanya berkutat dihal yang
itu-itu saja, bukan tak mungkin akan menyegerakan rasa bosan.
Tak berarti setiap keputusan dalam hidup
harus berkaitan erat dengan passion yang kita miliki. Ada unsur sosial,
keluarga, perkawanan, waktu, hobi, kecintaan lain dan beragam hal lain
yang menggerakan keputusan kita dari hari ke harinya.
Malah bukan tak mungkin kesempatan
meraih kesuksesan menggeluti passion justru datang ketika kita sedang
menjalankan kegiatan lain yang sama sekali tak berhubungan. Bisa jadi
kawan yang kita temui untuk sekedar menghabiskan kopi sore justru orang
yang kemudian menjadi bisnis partner passion kita.
Passion Bukan (Satu-Satunya) Bahan Baku Kesuksesaan
Sukses itu tidak hanya dibangun dari
passion belaka. Ada unsur-unsur yang lainnya. Mulai dari kerja keras,
networking, manajemen yang baik dan sebagainya. Passion hanyalah sebuah
pencetus awal. Masih banyak hal yang perlu dilengkapi jika ingin meraih
sebuah kesuksesan.
Sering kali juga kita melupakan unsur
waktu. Passion adalah sebuah istilah yang lekat dengan kerangka waktu.
Kita harus tahu kapan kita harus berhenti dan mencoba yang lain. Segila
apapun Valentino Rossi dengan balap mobil F1, ia tahu bahwa tak mungkin
baginya bisa bergabung dengan arena balap itu diusianya yang kini sudah
menginjak 35 tahun.
Sebagaimana juga passion, kegagalan
adalah bagian yang akan menghiasi perjalanan kehidupan. Kita masih ingat
bagaimana Purdi E Chandra pengusaha sukses, motivator dan pendiri
Enterpreneur University justru menyatakan diri pailit. Robert Kiyosaki
yang buat sebagian pelaku MLM dan bisnis dianggap setengah dewa, justru
bisnis utamanya Rich Dad Global LLC dinyatakan bangkrut.
Jadi pahami passion dan bersiap untuk kesuksesan dan kegalalan!
Dikutip dari : http://yomamen.com/keliru-mengartikan-passion/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar